Sabtu, 05 September 2015

Kamu Boleh Pergi

Aku peduli padamu. Maka sebab itu, tidak akan kubiarkan kamu terlalu jauh memasuki duniaku.

Jika kamu memaksa diri untuk tetap terlibat, maka kupastikan akan ada banyak dinding menjulang yang harus kamu taklukan. Ada bebatuan terjal yang harus kamu lewati tak henti-henti.

Aku rumit. Dengan segala kompleksitas hidup tak habis-habis. Kamu tahu aku berbeda, kamu pernah mengatakannya juga.

Tapi kamu harus tahu, 'beda' maksudku adalah hal lain yang lebih transparan. Aku bukan seperti mereka yang dengan mudah menceritakan banyak hal dengan kebebasan.
Aku akan mengatakan padamu bahwa aku sedang bahagia meski saat itu-di waktu yang sama-kamu bisa melihat jelas 'ganjil' di mataku.
Aku tidak bisa bilang terus terang dan bicara panjang lebar soal perasaan. Luka atau bahagia, senyum atau air mata, bagiku sama saja. Gelak tawa sebagai bahasa penggantinya.
Di dadaku ada gemuruh bersahutan. Ada luka menganga lebar yang susah payah untuk disembuhkan. Aku ini sakit, pesakitan. Lalu kamu mau dengan senang hati menyerahkan dirimu sebagai seorang dokter? Jangan. Aku tidak sekejam itu.

Lukaku cukup kutulis sendiri. Bahkan denganmu yang kuyakini sebagai sosok yang peduli, egoku masih terlalu tinggi untuk tidak mau berbagi.

Jadi, pergilah kalau kamu mau pergi.

Aku hanya tidak ingin membuat hidupmu semakin rumit (lagi) kali ini.

 

SKETSA TANPA RUPA Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger