Sabtu, 01 Juli 2017

Aku Paham Kenapa Kau Memilih Pergi

Karena bahkan, meski dulu kita pernah sebegitu dekat. Aku tetap asing bagimu kan?
Bukan kau yang salah. Tapi aku.
Aku yang masih menutup diri dan belum bisa terbuka sepenuhnya. Padamu.
Bahkan meski kau tak pernah sungkan berbagi banyak hal, aku lebih senang menyimpan ceritaku sendirian.
Aku yang masih dingin dan beku, meski berkali-kali kau berusaha membuatku meleleh dan mencair.
Aku yang hanya pandai mendengarkan dan lebih sering memilih bungkam. Saat kau memintaku menceritakan banyak hal dariku yang ingin kamu dengar.

Aku tahu, kamu sungguh-sungguh berusaha saat membuatku luluh.
Dan maaf karena berulangkali juga aku membuatmu merasa gagal.
Aku terlalu rumit bagimu. Sukar diurai dan tak pernah bisa ditebak.
Misterius dan beku.

Maka aku paham jika akhirnya kamu memilih pergi
Sudah kubilang dari dulu kan?
Jangan jatuh cinta padaku.
Terlalu berbahaya.
Kau hanya akan membuat rumit dirimu sendiri.


malang,


22 mei 2017
23:22


 pict by tumblr

Selasa, 16 Mei 2017

Semesta Sinta

 Ini adalah Fiksi. Dibuat oleh sahabat saya, Esti. Selamat membaca.

***
Tentang Sinta.
Dan jika di dunia ini benar benar ada sesosok Rama, maka jenis Sinta inilah yang paling sempurna.
Aku tak dapat menceritakan seberapa menarik dia. Seberapa memikatnya dia secara harfiah.
Dan ketika di sore itu, ada percakapan yang cukup menggelitik:
“Aku belum pernah pacaran, meskipun pernah jatuh cinta”
Jujur aku terkejut. Antara percaya dan tidak kulanjutkan menelaah setiap inci kisahnya:
“Pernah sih, tapi aku tolak dia. Nggak tau kenapa. Mungkin karena nggak mau menganggu hubungan persahabatan kita”
Oh, mungkin dia bukan sosok Rama yang Sinta cari.
Ya, menurutku memang Sinta memerlukan sosok Rama yang ideal.
Untuk manusia sekompleks Sinta, Rama harus lebih dari Rama yang mampu menaklukan Rahwana.
“Aku ini orangnya netral. Tapi bisa memahami semesta secara versiku sendiri. Dan cinta buatku memang harus dibangun atas dasar ekspresi yang kita punya. Bukan sekedar esensi yang ditemukan, tapi dicari, disusun, diramu”
Begitu juga dengan sesosok Rama, ya Sinta?
Tapi menurut kamu, jatuh cinta itu apa?
“Jatuh cinta adalah kesiapan, jika hanya satu yang siap, maka jatuh cinta takkan bereaksi. Tak kan berefek. Jatuh cinta itu tidak mutlak. Jika hanya salah satu yang merasakan, maka cinta tidak akan bekerja”
Jadi sosok Rama seperti apa yang Sinta mau?
Hening. Kami saling tenggelam pada sosok Rama yang kami anggap cocok...
“Mungkin Rama memang tak benar benar ada ya di sudut dunia manapun? Mungkin Rama memang masih misteri.. mungkin Rama memang...”
“ Mungkin Rama memang harus dibangun ya Sin?” potongku cepat.
Matanya yang indah berbinar, menepuk pundakku.
“Nah, masalahnya membangun Rama sama susahnya dengan membangun seribu candi dalam semalam. Masalahnya aku tak punya jin untuk mewujudkan itu. Masalahnya aku tak tahu sosok Rama mana saja yang perlu aku setting untuk...”
“Menjadikanmu jatuh cinta?” kupotong lagi kalimatnya.
“Yap!! Jenius” ditepuknya bahu kananku.
Aku bahkan tak benar benar mengerti sosok Rama yang seperti apa yang Sinta akan pilih.
“Tapi kamu percaya kalo Rama benar benar ada, Sin?”
Dia menggeleng, menyeruput kopinya pelan.
“Aku malah berharap akan Rahwana, haha”
Aku bingung, tapi mengikutinya untuk menandaskan kopi di depanku.
“Kok?”
“Kamu pikir deh sekarang” katanya sambil memainkan sendok gula di tangannya.
“Mana ada cowok yang senekat Rahwana? Nyuri bini orang, nyandera, mohon mohon untuk dicintai. Mati matian minta ke Sinta buat berpaling padanya. Aku rasa itu gentleman banget”
Aku menarik napas panjang, mencerna kalimatnya yang cukup berat untuk masuk ke akal sehatku.
“Aku rasa Rahwana itu keren. Mana ada laki-laki senekat dia? Nggak ada, Es. Apalagi dia tau kalau Rama itu jauh lebih baik daripada dia. Yah aku rasa menantang aja sih cintanya si Rahwana itu, touching
Aku bahkan tak bisa membayangkan betapa nestapanya Sinta kalau benar benar luluh pada Rahwana yang buruk rupa, bukankah nantinya Sinta akan...
“Coba deh kalo Rahwana nggak punya gigi yang besar dan tajam gitu, dia pasti bakalan lebih ganteng”
Yaelah Sinta, tetep aja kan Rahwana itu raksasa. Secara naluriah dia jahat, masa sih kamu nggak ngerti kalo Rahwana itu masih punya niat jahat sama kamu. Ya mana tahu kan dia sengaja nyulik kamu bukan hanya karena kamu cantik, tapi karena ada niat lainnya, mana ada yang tahu?..
“Dan aku sangsi sebenarnya, kalau Rama beneran cinta sama Sinta seharusnya dia nggak perlu ngadain prosesi pembakaran buat ngebuktiin kalo Sinta masih suci. Ya harusnya Rama lebih idealis lah, ya masa dia nggak percaya sama kekasihnya sendiri”
Aku mengangguk angguk.
“Tapi sih, aku tetep milih Rama deh kayaknya”
“Kenapa gitu?” tanyaku kemudian, bingung pada keterpihakannya yang semakin merujuk pada ambiguitas.
“Ya karena pada endingnya Sinta balikan sama Rama”
Tawaku meledak.
“Jadi, kamu beneran masih mau nyari si Rama itu?” tanyaku menginterupsi.
Sinta menggeleng.
“Biar Rama yang mencariku ah” katanya kemudian.
Dan percakapan malam ini benar benar menghantarkanku pada dunia Sinta lebih jauh.
Sinta yang semestanya dibangun sendiri.
Malam masih mengalun, memperdalam diskusi kita tentang Ramanisme..
“Aku sih berharap kalo Rama itu hasil hibridisasi antara Rahwana dan Rama itu sendiri. Bukankah lebih menarik jika Rama dan Rahwana bersinergi pada satu tubuh? Dan akhirnya dua sosok yang melebur itu benar benar mencintaiku dengan berani, nyata, nekat dan tak takut akan apapun..”
Ah Sinta, aku semakin terkagum kagum dengan semestamu.
-
23.05
16 May 2107
Nocturnal Coffeeshop-Indonesia (oleh dua cangkir kopi Gayo yang setia)

pict from tumblr

Surat Cinta untuk Seseorang yang Kelak Akan Memanggilku dengan Sebutan Mama


Halo Sayang, sampai di bagian ini Mama masih belum bisa mengenali wajahmu. Apakah kamu ini perempuan atau laki-laki, mama belum mengerti. Sebab semuanya masih terlalu misteri. Dan memilikimu, tentu saja atas dasar kehendakNya. Tapi Mama ingin menulis surat cinta untukmu, seseorang yang belum pernah mama temui di dunia.

Nak, jika kelak aku ditakdirkan menjadi mamamu, maka simaklah ini baik-baik.

Nanti, jika kamu terlahir sebagai anak perempuan maka aku berdoa semoga Allah menciptakan wajahmu dengan paras yang cantik. Dengan bola mata yang indah, alis tebal menawan, bulu mata yang lentik, bibir mungil yang tipis, hidung mancung dan jenis kecantikan lainnya yang membuatmu makin mempesona. Ini jelas bukan karena mama ingin membanggakanmu di depan orang-orang, Nak.
Mama hanya ingin kau tumbuh dewasa tanpa sibuk memikirkan hal-hal yang membuatmu lupa bersyukur bahwa kau sudah terlahir cantik, apa adanya. Mama berdoa seperti itu karena tidak ingin kau repot-repot memakai pensil alis seperti Mama yang masih belum mahir hingga sekarang, karena alismu sudah tebal. Atau harus memakai maskara untuk melentikkan bulu matamu, karena bulu matamu sudah lentik. Jadi tidak perlu lah merias wajah berlebihan, karena bagi mama bagaimana pun dirimu, kamu tetaplah yang tercantik.

Dan mama berdoa agar nanti kau tumbuh menjadi gadis baik yang periang, yang anggun, yang memiliki kepribadian menarik dan menyenangkan. Jangan seperti mama yang sering membuat keributan dan hobi berkelahi, kau tahu, kau hanya akan dijauhi oleh laki-laki. Dan mama sungguh beruntung karena calon papamu nanti pasti adalah laki-laki dengan sifat paling sabar sedunia, karena bersedia menikahi perempuan seperti Mama. Jadilah gadis pemberani tapi tetap lemah lembut, namun diatas segalanya tetaplah jadi dirimu sendiri. Karena sungguh, lebih baik kamu dibenci karena menjadi diri sendiri daripada disukai karena menjadi orang lain.

Nak, Mamamu ini mungkin tidak sepandai mama-mama lainnya soal menunjukkan curahan kasih sayang dan perhatiannya. Tapi kau harus tahu, mama punya cara sendiri dalam hal mencintaimu. Kau hanya harus percaya, cinta mama untukmu tiada dua.

Sayang, kelak jika kamu jatuh cinta maka berbagilah ceritamu pada mama. Mama akan mendengarkan seluruh ceritamu, tidak perlu khawatir soal siapa yang sedang kamu jatuh cintai. Mama pastikan, selama dia menghormatimu sama seperti ia menghormati ibunya maka tidak ada hal lain yang perlu mama khawatirkan. Kau hanya harus menjaga diri. Simpan hatimu untuk yang terbaik. Agar kau tidak perlu patah hati berulangkali pada seseorang yang belum tentu ditakdirkan untuk kaumiliki.

Mama belum bisa memasak Sayang, tapi mama akan belajar. Agar nanti bisa mengajakmu memasak berdua di dapur rumah kita. Berdoalah semoga calon papamu nanti adalah laki-laki dengan hati terlapang sedunia, sehingga ia bisa menerima segala masakan mama meski rasanya tidak seenak masakan ibunya.

Nak, di baris terakhir paragraf surat ini, Mama hanya ingin berpesan: jadilah perempuan baik-baik. Yang tidak perlu sibuk mempersoalkan fisik dan wajah. Hatimu jauh lebih utama. Kalau hatimu cantik, wajahmu juga akan cantik. Karena tidak peduli pada bagaimana rupa dan fisikmu, kau tetaplah yang tercantik dimata yang mencintaimu.

Malang, 14 Mei 2017
23:11 WIB



Selasa, 02 Mei 2017

Memangnya Kenapa Kalau Sendiri?


                Saya sedang menulis ini sambil ditemani secangir moccacino di warung kopi dekat kos-kosan. Free wifi, apa lagi? Iya saya sendiri. Aneh? Kelihatan ngenes banget ya?
                Padahal nggak juga.
                Saya sudah terbiasa kemana-mana sendirian.
                Satu-satunya alasan kenapa saya betah berlama-lama ngopi sendiri adalah faktor kebebasan. Saya bebas tidak melakukan apa pun, selain menatap layar laptop dan memikirkan hal-hal yang membuat saya merasa perlu menuliskannya. Benar-benar memusatkan pikiran saya dengan sesuatu yang ada di depan saya.
Iya saya tahu, nongkrong rame-rame bareng temen-temen tentu jauh lebih asik. Tapi terkadang, setiap orang itu butuh waktu untuk dirinya sendiri. Ada saat dimana saya hangout bersama teman-teman saya, tapi tentu saja motifnya berbeda. Kalau saya pergi ngumpul-ngumpul sama teman-teman, itu murni karena kebutuhan bersosialisasi setiap orang. Hey, walaupun kita bisa melakukan semuanya sendirian, bukan berarti lantas kita nggak membutuhkan orang lain kan?
                Saya deskribsikan suasana di warung kopi ini ya. Baik, ada sembilan orang laki-laki di sini. Saya satu-satunya perempuan. Duduk di salah satu sudut ruangan, yang bangku di depan dan belakangnya tidak terisi. Satu orang perempuan lagi, sudah berlalu entah beberapa menit yang lalu bersama pacarnya.
                Tadi waktu saya datang ke sini, hanya ada tiga orang pengunjung. Tiga puluh menit berselang, tanpa sadar saya mengarahkan pandangan pada meja-meja di sebelah saya, ternyata sudah terisi semua. Mereka datang bergerombol. Membentuk dua perkumpulan meja yang berbeda.
                Saya yakin mereka pasti terheran-heran. Kenapa ada perempuan macam saya yang malam-malam nongkrong sendirian di warung kopi. Terlihat asik mengetik dan seolah tidak peduli dengan tatapan ‘aneh’ yang menyorotnya bertubi-tubi. Tapi serius, saya bodo amat mereka mau mikir gimana. Niat paling mulia saya datang ke sini karena memang mau cari wifi. Nggak lebih.  Haha.
                Lagian spot warkop ini cozy, wifinya lancar jaya, dan cuma lima menit dari kosan kalau naik motor, sepuluh menit kalau jalan. Sudah ya cukup, saya bukan lagi promosi.
                Intinya adalah, saya harus terus membiasakan diri untuk sendiri. Saya tidak mau menggantungkan kebahagiaan saya pada orang lain. Mr Bean, adalah salah satu inspirator saya, laki-laki yang belagak idiot padahal otaknya jenius tingkat Zeus itu mengajarkan pada saya bahwa kita tidak butuh orang lain untuk bahagia. Karena bahagia itu murni tanggungjawab kita sendiri. Bukan orang lain. Sesederhana itu.
                Sampai di bagian ini, saya masih  belum mau beranjak dari meja saya. Masih jam sembilan. Satu jam lagi mencapai batasan jam malam. Iya kosan saya ada jam malamnya memang. Jam duadua, gerbangnya di kunci. Tapi toh setiap anak diberi kunci ganda, jadi ya sama saja. Mau jam berapa pun saya pulang, saya tetap bisa masuk.
                Saya mau menulis kesimpulan untuk tulisan saya yang sebenarnya nggak ‘bacaable’ ini. Bahwa sebanyak apa pun teman yang kita punya, sebaik apa pun orang lain memperlakukan kita, jangan pernah menggantungkan harapan apa pun pada mereka, meski cuma setitik.
                Dan untuk kalian, khususnya para perempuan, ayo jadi tangguh! Jangan kemana-mana harus ditemani. Sekali-kali, coba berani keluar sendiri. Kalian akan menemukan sesuatu yang sebelumnya belum pernah kalian duga-duga.
                Karena faktanya, kalau kita terbiasa ditemani oleh seseorang untuk melakukan sesuatu, sekali kita melakukannya sendirian tanpa di temani orang itu,          maka apa yang kalian lakukan menjadi kurang berarti.
                Kalau ada yang bilang “kasihan ya kemana-mana sendiri.” Ketawain aja. Saya justru lebih kasian sama yang nggak berani sendiri kemana-kemana.
 
                Malang,

                02/05/2017
                21:22 WIB

               
 Image result for girl in coffee shop alone tumblr
               
                pict by tumblr
               
               
 

SKETSA TANPA RUPA Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger