Aku pernah membayangkan, bagaimana rasanya berdiri satu shaf
di belakangmu. Lalu melafalkan ‘aamiin’ pada tiap penghujung alfatihah yang
kaubaca dengan khusyu’nya. Aku pernah membayangkan itu terjadi. Dan itu fiksi.
Aku pernah membayangkan, bagaimana rasanya mendengar namaku
sendiri bergetar dan mengudara di bibirmu. Dengan penuh penekanan pada tiap
katanya, menjadikan hal biasa yang kusebut nama menjadi lebih istimewa. Aku pernah
membayangkan itu terjadi. Dan itu fiksi.
Aku pernah membayangkan, bagaimana rasanya berdiri,duduk,
atau berjalan bersisian di sampingmu. Mengamati setiap detailmu secara utuh,
melihat sisi terangmu (bukan sekadar menjadi pemuja sisi gelapamu) dari jarak
tak seberapa yang bisa kurengkuh. Ya,
aku pernah membayangkan itu terjadi. Dan itu fiksi.
24/03/2014
22:27
Langit Senja
Yogyakarta
PS: anyone ever be secret admirer, maybe? :D